BRIN Berupaya Meningkatkan Literasi Ekonomi dan Keuangan Syariah dalam Mendorong Industri Halal

Halo SEFiSer!! Sudah tau belum? BRIN berupaya meningkatkan literasi ekonomi dan keuangan syariah dalam mendorong industri halal. Berikut berita selengkapnya


Indonesia sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia, memiliki potensi besar untuk pengembangan ekonomi dan keuangan syariah. Konsep ini telah dimasukkan ke dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025-2045 sebagai bagian dari transformasi ekonomi menuju Indonesia Emas 2045. Meskipun demikian, penerapan ekonomi dan keuangan syariah masih menghadapi beragam rintangan yang perlu diatasi untuk dapat berdampak positif pada kemakmuran rakyat. Pernyataan ini disampaikan oleh Yurike Patrecia Marpaung, selaku Direktur Kebijakan Ekonomi, Ketenagakerjaan, dan Pengembangan Regional pada Deputi Kebijakan Pembangunan BRIN. Ia menyampaikan hal tersebut saat berbicara dalam acara Macroeconomics and Finance (MAFIN) TALKS yang diselenggarakan pada hari Kamis, (27/06).

Pada acara tersebut, Sutan Emir Hidayat, yang saat ini menjabat sebagai Plt. Direktur Keuangan Sosial Syariah pada Manajemen Eksekutif Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS), memaparkan kondisi terkini perkembangan ekonomi dan keuangan syariah. Ia mengungkapkan bahwa pada tahun 2022, sektor usaha dan pembiayaan syariah memberikan kontribusi signifikan terhadap PDB nasional, yakni sebesar 46,02% atau setara dengan Rp 9.014,58 triliun. Lebih lanjut, ia menambahkan bahwa ”Total ekspor produk halal 2023 mencapai USD 50,5 miliar, dan dalam 5 tahun terakhir meningkat 10,95 persen,” jelasnya. Hidayat juga menyoroti beberapa pencapaian Indonesia dalam konteks global. Ia menyebutkan bahwa Indonesia berhasil menduduki peringkat ketiga dalam Global Islamic Economy Indicator (GIEI) 2023, meraih posisi teratas dalam Global Muslim Travel Index (GMTI) untuk tahun 2023 dan 2024, serta menempati peringkat ketiga dalam tiga indikator lainnya: Islamic Finance Development Indicator (IFDI), Global Islamic Finance Report (GIFR), dan Global Islamic Fintech Report 2023. ”Dari sisi indeks literasi ekonomi syariah tahun lalu ada di posisi 28 persen, walaupun ini masih perlu ditingkatkan karena pak Wakil Presiden inginnya 50 persen,” sebutnya.

Hidayat juga merujuk pada pernyataan Wakil Presiden Ma'ruf Amin, yang juga menjabat sebagai Ketua Harian KNEKS, mengenai empat strategi kunci untuk memajukan ekonomi dan keuangan syariah di Indonesia, dengan tujuan menjadikan negara ini sebagai pusat industri produk halal. Strategi-strategi tersebut meliputi, memperkuat riset dan inovasi produk halal, serta meningkatkan upaya substitusi impor, mengembangkan kawasan-kawasan khusus halal yang terintegrasi dengan infrastruktur logistik halal, membangun sistem informasi halal yang komprehensif, termasuk upaya mempercepat proses sertifikasi halal, dan mendorong peningkatan kontribusi dari produsen produk halal, mulai dari skala mikro hingga tingkat ekspor. Keempat langkah strategis ini dirancang untuk mendukung pertumbuhan ekosistem ekonomi syariah di Indonesia secara menyeluruh.

Siti Puryandani, selaku peneliti dari Pusat Riset Ekonomi Makro dan Keuangan (PREMK) BRIN, memberikan pandangan positif tentang perkembangan ekonomi dan keuangan syariah di Indonesia. Menurutnya, kemajuan ini terlihat jelas dari naiknya posisi Indonesia dalam peringkat global berdasarkan laporan State of the Global Islamic Economy (SGIE). Puryandani menjelaskan bahwa ”Indonesia naik ke peringkat 3 di tahun 2023 dari sebelumnya di peringkat 4 pada 2022, dengan komponen terkuat ada pada industri makanan dan minuman halal serta pariwisata ramah muslim,” katanya.

Puryandani kemudian memaparkan data terkait Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) untuk tahun 2023. Kedua indeks ini berada dalam rentang 120-160, yang mengisyaratkan adanya optimisme yang kuat di kalangan konsumen terkait kondisi perekonomian. Selanjutnya, ia menyoroti pertumbuhan yang signifikan pada indikator Kegiatan Usaha Bersertifikasi Halal (KUBH). Peningkatan ini menjadi bukti nyata bahwa sektor Halal Value Chain (HVC) sedang berkembang dengan baik. Secara lebih spesifik, sektor ini mencatat pertumbuhan nasional sebesar 3,93% dibandingkan tahun sebelumnya (year-on-year/yoy). Yang lebih menggembirakan lagi, Puryandani menekankan bahwa sektor HVC kini menyumbang hampir seperempat (23%) dari keseluruhan ekonomi nasional. Hal ini menunjukkan peran yang semakin penting dari ekonomi syariah dalam mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia secara keseluruhan. Menurut Puryandani, tantangan terbesar yang masih dihadapi adalah rendahnya tingkat pemahaman masyarakat tentang ekonomi dan keuangan syariah. Ia menekankan bahwa kurangnya literasi di bidang ini masih menjadi hambatan utama dalam pengembangan sektor ekonomi syariah di Indonesia. ”Padahal kita adalah negara berpenduduk muslim terbesar di dunia. Jumlah penduduk muslimnya sebesar 236 juta pada tahun 2024 berdasarkan data Kementerian Agama,” tuturnya.

Puryandani kemudian menyajikan data terkini dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengenai tingkat literasi dan inklusi keuangan syariah di Indonesia. Berdasarkan data tersebut, pada tahun 2022, indeks literasi keuangan syariah hanya mencapai 9,14%. Sementara itu, indeks inklusi keuangan syariah berada sedikit lebih tinggi, yaitu pada angka 12,12%. Angka-angka ini menggarisbawahi masih rendahnya tingkat pemahaman dan partisipasi masyarakat dalam sistem keuangan syariah di Indonesia. ”Pemahaman ekonomi dan keuangan syariah mudah diterima oleh sebagian kecil masyarakat. Namun itu diabaikan oleh sebagian besar atau tidak direspons dengan beraktivitas berekonomi dan berkeuangan nyata yang sesuai dengan syariah atau menggunakan instrumen keuangan syariah yang ada,” pungkasnya.

Puryandani kemudian memperkenalkan konsep Generic Model, yang ia definisikan sebagai suatu kerangka kerja atau representasi yang fleksibel dan dapat diterapkan dalam berbagai konteks tanpa memerlukan perubahan signifikan. Ia menjelaskan bahwa model ini, yang didasarkan pada berbagai studi literatur dan penelitian, dapat menjadi pilihan efektif untuk mengkategorikan dan mengorganisir berbagai kegiatan yang bertujuan meningkatkan literasi ekonomi dan keuangan syariah.

Puryandani selanjutnya menguraikan empat komponen utama dari Generic Model yang ia usulkan untuk meningkatkan literasi ekonomi dan keuangan syariah, yaitu komponen pertama adalah analisis Ekosistem Industri Halal yang berfokus pada identifikasi sektor-sektor kunci dalam industri halal dan pemetaan kebutuhan keuangan syariah di setiap tahapan rantai nilai, komponen kedua adalah edukasi multi sektor yang menekankan pada pengembangan kurikulum yang terintegrasi, serta mendorong penelitian dan pengembangan di bidang ekonomi dan keuangan syariah, komponen ketiga adalah platform digital terpadu dan standardisasi, dan komponen keempat adalah kemitraan, kampanye, kesadaran publik, dan internasionalisasi.


Sumber: https://www.brin.go.id/news/119401/brin-dorong-industri-halal-dengan-peningkatan-literasi-ekonomi-dan-keuangan-syariah 

Click to comment