Halo Sefiser!! Sudah Tahu Belum? Gen Z Penentu Ekonomi Syariah
SURABAYA, KOMPAS Generasi Z, yaitu mereka yang lahir pada rentang 1997–2012, memiliki peran strategis dalam menentukan arah masa depan peradaban Indonesia. Dengan jumlah mencapai 74,9 juta jiwa atau sekitar 27,9 persen dari total penduduk, Gen Z menjadi calon pemimpin masa depan, pelaku industri keuangan, sekaligus aktor penting dalam pembentukan opini dan narasi sosial.
Karena itu, Generasi Z yang juga dikenal sebagai digital natives, zoomers, atau digitalers berperan signifikan dalam dinamika perekonomian nasional. Di Indonesia, kelompok ini turut menentukan perkembangan ekonomi syariah yang tengah bertumbuh. Hal tersebut menegaskan urgensi peningkatan literasi dan inklusi keuangan syariah bagi Gen Z, sebagai generasi yang merupakan anak dari Generasi X dan Y, serta cucu dari baby boomers.
Hal ini disampaikan oleh Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Perlindungan Konsumen OJK sekaligus Anggota Dewan Komisioner OJK, Friderica Widyasari Dewi (Kiki), dalam sambutannya pada Grand Final Indonesia Sharia Financial Olympiad (ISFO), Selasa (4/11/2025), di Gedung OJK Jawa Timur.
Mengacu pada Indonesia Millennial and Gen Z Report, Kiki menjelaskan bahwa generasi berusia 13–27 tahun sangat akrab dengan teknologi digital, internet, serta kecerdasan buatan. Mereka mudah dipengaruhi oleh narasi dan opini para influencer, terutama dalam hal gaya hidup, fashion, dan pembentukan identitas diri. Selain itu, skema buy now pay later banyak digunakan sebagai solusi keuangan mereka.
Lebih lanjut, Kiki menilai Gen Z rentan terjebak dalam fenomena doomscrolling, yakni kebiasaan mengonsumsi konten media sosial secara berlebihan. Kondisi tersebut memicu kecemasan, kebutuhan akan pengakuan, hingga kecanduan media sosial, yang sering kali mendorong perilaku oversharing terhadap informasi pribadi dan sensitif.
Menurut Kiki, oversharing berpotensi menimbulkan berbagai risiko, seperti pencurian identitas, penyalahgunaan data untuk rekayasa sosial, serta ancaman terhadap keamanan finansial. Tiga istilah yang kerap melekat pada citra negatif Gen Z pun muncul, yakni YOLO (mengutamakan kesenangan), FOMO (takut tertinggal tren), dan FOPO (terlalu memikirkan penilaian orang lain).
Data OJK mencatat bahwa 54 persen Gen Z dan milenial pernah mengalami masalah keuangan berbasis digital. Sebanyak 28 persen di antaranya berada dalam risiko menjadi korban kejahatan digital seperti penipuan online, investasi ilegal, jeratan utang, hingga judi daring.
Ironisnya, Gen Z memiliki kepedulian tinggi terhadap isu keberlanjutan peradaban, keadilan, transparansi, etika, dan kemaslahatan bersama nilai-nilai yang sejatinya sejalan dengan prinsip keuangan syariah. Oleh sebab itu, peningkatan literasi dan inklusi keuangan syariah bagi Gen Z menjadi langkah yang sangat relevan dan mendesak.
ISFO sendiri merupakan bagian dari rangkaian Indonesia Islamic Finance Summit (IIFS) yang diselenggarakan sejak Senin (3/11/2025) di Surabaya. Dalam kesempatan yang sama, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK sekaligus Anggota Dewan Komisioner OJK, Dian Ediana Rae, menyampaikan bahwa indeks literasi dan inklusi keuangan syariah terus mengalami peningkatan, menandakan prospek keuangan syariah Indonesia yang semakin menjanjikan.
OJK menegaskan bahwa penguatan literasi dan inklusi keuangan syariah bagi Generasi Z merupakan keterampilan hidup yang krusial demi keberlanjutan ekonomi dan peradaban di masa depan.
